
Balai Pustaka berdiri pada tanggal 22 September 1917, sebagai kelanjutan dari Commisie Voor Inlandsche School en Volklectuur yang dibentuk pada 14 September 1908. Didasari semangat politik etik untuk mencerdaskan rakyat, Balai Pustaka menerbitkan buku-buku dalam berbagai bahasa daerah nusantara. Balai Pustaka juga menerbitkan majalah dan mendirikan ribuan Taman Bacaan Rakyat.
Para pemikir dan pejuang kebangsaan memanfaatkan Balai Pustaka untuk membangun nilai-nilai kebangsaan melalui karya sastra hingga menggumpal dalam wujud Sumpah Pemuda di tahun 1928. Bersamaan dengan peristiwa tersebut, diluncurkan pula novel “Salah Asoehan” karya Abdoel Moeis dan dikumandangkan lagu “Indonesia Raya” karya Wage Rudolf Supratman untuk pertama kalinya. Dalam perjalanannya, di samping menerbitkan karya sastra dan budaya, setelah kemerdekaan 1945 Balai Pustaka berperan dalam menyediakan buku-buku Pendidikan. Pada tahun 1966, Balai Pustaka ditetapkan menjadi PT (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1966.
Pada tahun 2017 Balai Pustaka bertransformasi sebagai bagian dari industri kreatif. Balai Pustaka mulai meluncurkan produk multimedia dan digital seperti film, sinetron, Pustaka Digital (EduBP), e-book, dan audio book. Namun demikian, Balai Pustaka tidak meninggalkan identitasnya sebagai perusahaan yang mengembangkan karya-karya sastra dengan mementaskan pertunjukan teater, lomba berbalas pantun, dan lomba baca puisi.
Saatnya kini Balai Pustaka bangkit, berubah, dan bermartabat untuk terus tumbuh dan berkembang melintasi zaman.
